A.
Teori Eklektif Sistematis
Kata eklektik berarti
menyeleksi, memilih doktrin yang sesuai atau metode dari berbagai sumber atau
sistem. Teori konseling eklektik menunjuk pada suatu sistematika dalam
konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan, yang merupakan
perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi
serta pendekatan.
Di dalam melakukan konseling, terdapat berbagai macam teori konseling yang
dapat digunakan oleh konselor sebagai pedoman pelaksanaan konseling. Salah satu
teori konseling tersebut adalah teori konseling eklektik. Konseling eklektik
(eclectic counseling) mulai dikembangkan sejak tahun 1940-an oleh Frederick
Thorne yang merupakan promotor utama dari corak konseling ini. Selanjutnya,
teori ini dikembangkan oleh Robinson.
Secara konseptual
setiap individu mempunyai tiga macam bentuk dasar pengalaman, yaitu :
1.
Dimensi
Afektif (Perasaan)
2. Dimensi Kognitif (Fikiran dan
kepercayaan)
3.
Dimensi
Behavioral (Tindakan/ Tingkah laku)
Konselor yang
berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi
teoritis serta menerapkan satu pendekatan terlalu membatasi ruang gerak
konselor sebaliknya konselor ingin menggunakan variasi dalam sudut pandangan,
prosedur dan teknik sehingga dapat melayani masing-masing konseli sesuai dengan
kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah-masalah yang dihadapi. Ini
tidak berarti bahwa konselor berpikir dan bertindak seperti orang yang bersikap
opportunis, dalam arti diterapkan saja pandangan, prosedur dan teknik yang
kebetulan membawa hasil yang paling baik tanpa berpegang pada prinsip-prinsip
tertentu.
B.
Teori Eklektif Dalam Perspektif
Islam
|
KONSELING BARAT
|
KONSELING ISLAM
|
DEFINISI
|
Aktivitas dalam
mengubah sikap dan perilaku individu (klien) oleh seseorang yang profesional
(konselor).
|
Amanah
dari Allah untuk membina dan membentuk manusia ideal yang menuju jalan
terbaik (Islam).
|
TUJUAN
|
Mengatasi masalah
yang dihadapi.
|
Ketenangan, kebahagiaan,
keridhaan.
|
PENDEKATAN
|
1. Pendekatan Psikodinamika
berlandaskan pada pemahaman, motivasi tak sadar, rekonstruki kepribadian.
Kategori terapi psikoanalitik.
2. Pendekatan Humanistik
berorientasi pengalaman dan relasi, meliputi terapi eksistensial, client
centered, gestalt.
3. Pendekatan Rasional-Kognitif
dan Tindakan berorientasi pada perilaku, meliputi analisis transaksional,
terapi tingkah laku, rasional emotif, dan realitas.
|
Konsep pendekatan dan teknik
konseling yang utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, serta pemikiran
para tokoh Islam yang berkaitan dengan
|
Hakekat bimbingan dan konseling Islami adalah upaya
membantu individu belajar mengembangkan fitrah (potensi manusia) dan atau
kembali kepada fitrah, dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT
kepadanya untuk mempelajari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah yang ada
pada individu dapat berkembang dengan benar dan kokoh sesuai tununan Allah SWT.
Sebelum dijelaskan mengenai teori
eklektif dalam islam, ada baiknya kita mengetahui Hakikat Manusia dalam Islam.
Yaitu :
1.
Manusia diciptakan dengan tujuan yang mulia yakni
beribadah kepadaNya (QS Adz-Dzaariyaat: 56).
2.
Sifat dasar manusia adalah baik.
3.
Manusia makhluk
ciptaan Allah yang mulia dan terbaik (QS Al-Israa’: 70).
4.
Manusia penuh
dengan kesadaran dan tanggung jawab serta bisa membedakan yang baik dan buruk.
5.
Manusia
memiliki titik lemah dalam dirinya yakni hawa nafsu.
6.
Memiliki
motivasi kuat dan potensi besar mampu mengendalikan perilaku.
7.
Jiwa manusia
terbagi dalam 3 keadaan yakni :
a)
Jiwa yang cenderung kepada keburukan karena dikuasai
oleh hawa nafsu akan duniawi
(QS Yusuf: 53).
b)
Jiwa yang menyesali diri yakni menyesali
kesalahan yang diperbuat tetapi masih mudah tergoda dunia (QS Al-Qiyaamah:
1-2).
c)
Jiwa yang tenang yang mencapai kematangan, syukur
& sabar , serasi dunia-akhirat (QS Al-Fajr : 27-30).
8.
Setiap waktu
ada pertentangan antara kebaikan dan keburukan dalam diri manusia.
Konseling Elektik (Electic Counseling), pendekatan ini
berada ditengah-tengah atau bisa dikatakan campuran antara konseling direktif
dan nondirektif. Pendekatan ini memberikan keleluasaan kepada klien untuk
melakukan identifikasi, pemahaman, analisis, sintesis, dan kesimpulan terhadap
masalah yang dihadapinya. Serta mencari alternatif pemecahan masalah, tetapi
konselor juga memberi arahan-arahan, penyimpulan, serta bantuan pemecahan
apabila dihadapi oleh Klien.
Pendekatan islami dapat
dikaitkan dalam aspek-aspek psikologis
dalam pelaksanaan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan,
dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim
yang berpijak pada landasan tauhid
pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk
melaksanakan tugas suci yang telah diberikan oleh Allah berikan dan percayakan
kepadanya, ini baginya adalah ibadah.
Dalam pelaksanaan
bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi
tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.
Selalu
memiliki prinsi landasan dan prinsip dasar, yaitu beriman keada Allah SWT
2.
Memiliki
prinsip kepercayaan, yaitu beriman kepada malaikat
3.
Memiliki
prinsip kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan RasulNya
4.
Selalu
memiliki prinsip pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Qur’an dan Al-Karim
5.
Memiliki
prinsip masa depan, yaitu beriman kepada “Hari Kemudian”
6.
Memiliki
prinsip Keteraturan, yaitu beriman Kepada “Ketentuan Allah”
Jika Konselor
memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka melaksanakan bimbingan dan
konseling tentu akan mengarahkan kepada kebenaran. Selanjutnya dalam
pelaksanaan, pembimbing dan konselor perlu memiliki 3 langkah untuk menuju
kesuksesan pada bimbingan dan konseling.
1. Memiliki mission statement yang jelas. Yaitu “ Dua kalimat Syahadat”
2. Memiliki sebuah metode
pembangunan Karakter sekaligus simbol kehidupan.
3. Memiliki kemampuan pengendalian
diri yang dilatih dan disimbolkan dengan “Puasa”
Prinsip dan langkah
tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan
kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlak Karimah).
Dengan mengamalkan
hal tersebut, akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi klien yang melakukan
bimbingan dan konseling. Pernyataan ini diperkuat oleh ayat Al-Qur’an surat Ali
Imran [3]; 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. merekalah
orang-orang yang beruntung”.
Pada ayat tersebut
memiliki kejelasan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarahkan
seseorang pada kesuksesan dan kebijakan.
Para konselor perlu mengetahui pandangnan Filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut “Homo divians” yaitu makhluk yang berketuhanan, berarti
manusia dalam sepanjang kesejarahannya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap
tuhan atau hal-hal ghaib yang mempunyai daya tarik kepadanya (mysterium trimendum atau mysterium fascinans).
Hal demikian oleh
agama-agama besar didunia dipertegas bahwa manusia adalah makhluk yang disebut
makhluk beragama (homo religius),
oleh karena itu memiliki naluri Agama (Insting
Religious), sesuai dengan firman Allah SWT pada Surah Ar-rum [30] : 30 :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Fitrah Allah:
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu
tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan. Pada diri klien juga da benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi
masalah-masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian konselor daat
mengaahkan klien ke arah agamanya, dalam hal ini agama islam.
Selanjutnya ditemukan
bahwa Agama, terutama agama islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan,
konseling dan terapi dimana filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Proses Pelaksanaan
Bimbingan, konseling, dan Psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa pada
peningkatan iman ibadah, dan jalan hidup yang di Ridhai Allah SWT.
Secara umum, metode
yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling islami ada 4, yaitu :
1.
Metode
Keteladanan
Yakni meneladani Rasulullah SAW. (QS Al-Ahzab: 21; Al-Maidah: 31)
2.
Metode Penyadaran
Menggunakan ungkapan nasihat, janji & ancaman. (Al-Hajj: 1-2)
3.
Metode
Penalaran Logis
Dialog dengan akal dan perasaan individu. (Al-Hujuraat : 12)
4.
Metode
Kisah
Kisah nabi, rasul dan orang-orang shalih yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan hadits.
Menurut sifat bantuan
yang diberikan, dapat membedakan antara teknik pemberian informasi, teknik yang
mendorong aktifitas tertentu dan teknik yang memberikan penyembuhan atau
terapi.
1. Teknik pemberian informasi dapat
memberikan informasi secara lisan maupun tulisan.
2. Bimbingan yang mendorong kegiatan
pada umumnya dilakukan secara kelompok, dan berfungsi bukan saja memberi
informasi, tetapi juga mendorong peserta didik, untuk saling menyesuaikan
dirimenyalurkan dorongan-dorongan mereka dan sebagainya. Teknik-teknik ini
meliputi kunjungan kelompok, orientasi, kegiatan klub, organisasi, siswa, diskusi
kelompok, pertemuan konselor dengan guru/ orangtua, dan lain-lain.
3. Teknik bimbingan yang memberikan
penyembuhan dapat memberikan secara individual seperti konseling dan
psikoterapi individual dan dapat pula diberikan secara kelompok seperti konseling
kelompok, sosio drama, dan psikodrama.
Konseling merupakan
suatu aktivitas yang hidup dan mengharapkan akan lahirnya segala perubahan dan
perbaikan yang sangat didambakan oleh konselor dan klien. Untuk mencapai tujuan
yang mulia itu, sangat diperlukan adanya teknik yang memadai.
Rasulullah
Bersabda :
Barang siapa diantara kalian mengetahui
kemungkran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak kuasa, ubahlah dengan
lisannya, jika tidak kuasa ubahlah dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah
selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim
dari Abu Said Al-Khudri)
Adapun dalam melaksanakan
konseling agama, dapat menerapkan metode-metode berikut ini :
1. Metode yang bersifat lahir batin
Metode
yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat dilihat, di dengar dan
dirasakan oleh klien. Seperti menggunakan lisan dan tangan. Dalam penggunaan
tangan tersirat bebrapa makna, antara lain :
a. Dengan mengunakan, power,dan otoritas
b. Keinginan, kesungguhan, dan usaha
yang keras
c. Sentuhan tangan
Penggunaan
teknik konseling dan terapi yang lain secara lahir adalah dengan menggunakan
lisan, dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
a. Membaca dan Berdoa
b. Sesuatu yang dekat dengan lisan,
yakni hembusan atau tiupan
2. Teknik yang bersifat batin
Teknik
yang bersifat bathin yaitu teknik yang dapat dilakukan dalam hati dengan doa
dan harapan, namun tak ada usaha dan upaya keras secara konkret, seperti dengan
menggunakan potensi tangan atau lisan.
Teknik
konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan, dan usaha yang keras,
serta bersungguh-sungguh, dan diwujudkan secra nyata melalui perbuatan, baik
menggunakan fungsi tangan dan lisan maupun sika yang lain.
Tujuan
utamanya adalah membimbing dan mengantarkan individu kepada perbaikan dan
perkembangan eksistensi diri dari kehidupannya, baik hubungannya dengan
Tuhannya, diri sendiri, llingkungannya, dan keluarga.
Konseling yang menggunakan teknik
secara batin cenderung akan memberikan dampak yang sangat kuat bagi klien, atau
terbimbing untuk keluar dari permasalahan yang muncul dari dalam dirinya,
dikarenakan kekuatan doa secara batin akan memberikan kekuatan dalam diri dan
jiwa klien.
Tahap-tahap dalam bimbingan dan konseling Islami
adalah sebagai berikut:
1.
Meyakinkan individu akan keberadaan manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah, keimanan yang benar sangat penting bagi keselamatan
hidupnya di dunia dan di akhirat, ada hikmah di balik musibah, ibadah dan
syariat yang ditetapkan Allah.
2.
Mendorong dan membantu individu memahami dan
mengamalkan ajaran agama secara benar.
3.
Mendorong dan membantu individu mamahami dan
mengamalkan iman, islam, dan ihsan.
Peran utama konselor dalam konseling dengan pendekatan
ini adalah sebagai “pengingat”, yaitu sebagai orang yang mengingatkan individu
yang dibimbing dengan cara Allah. Dikatakan mengingatkan sebab:
a)
Pada dasarnya individu telah memiliki iman, jika iman
yang ada pada individu tidak tumbuh maka tidak berfungsi dengan baik
b)
Allah telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa kitab
suci sebagai pedoman hidup, jika ada individu yang mengalami kebingungan diduga
mereka belum memahami petunjuk itu. Oleh sebab itu, bagi mukmin yang memiliki
keahlian (konselor) berkewajiban untuk mengingatnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat
disimpulkan bahwa konseling Elektik sistematik merupakan salah satu metode
dalam konseling untuk membantu memecahkan permasalahan klien berdasarkan
lingkungannya, yang dikembangkan atas dasar pola fikir perspektif sistem dari
setiap orang. Dalam pola fikir tersebut, orang selalu dipandang aktif
berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam Agama, terutama agama islam
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana
filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Proses
Pelaksanaan Bimbingan, konseling, dan
Psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa pada peningkatan iman ibadah, dan
jalan hidup yang di Ridhai Allah SWT, dan menuntun manusia untuk meraih nilai
nilai dari rukun iman yang akan mengarahkan diri kepada kebenaran.